Muhasabah Diri Sendiri

๐Ÿ’žMenata Timbangan Diri๐Ÿ’ž

           
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)

Maha Besar Allah SWT yang telah menciptakan dunia begitu indah. Awan pekat berbondong-bondong digiring angin. Hujan bersih menitik dari langit. Tumbuh-tumbuhan pun menghijau, menyegarkan pandangan mata. Dan, menyejukkan hati yang gelisah.

Saatnya diri untuk bercermin. Menengok seberapa kotor wajah karena terpaan debu kehidupan. Saatnya, menimbang diri dengan penuh kejernihan.
         
        

Resapilah bahwa diri terlalu banyak dosa, bukan sebaliknya

Di antara bentuk kelalaian yang paling fatal adalah merasa tidak punya dosa. Yang kerap terbayang selalu pada kebaikan yang pernah dilakukan. Dari sinilah seseorang bisa terjebak pada memudah-mudahkan kesalahan. Bahkan, bisa menjurus pada kesombongan. “Sayalah orang yang paling baik. Pasti masuk surga!”

Firman Allah SWT. menyiratkan orang-orang yang lalai seperti itu. “Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)

Bentuk lain dari sikap ini, adanya keengganan mencari fadhilah atau nilai tambah sebuah ibadah. Semua yang dilakukan cuma yang wajib. Keinginan menunaikan yang sunnah menjadi tidak begitu menarik. Ibadahnya begitu kering.

Padahal, Rasulullah SAW. tak pernah lepas dari ibadah sunnah. Kaki Rasulullah SAW. pernah bengkak karena lamanya berdiri dalam salat. Isteri beliau, Aisyah r.a., mengatakan, “Kenapa Anda lakukan itu, ya Rasulullah? Padahal, Allah sudah mengampuni dosa-dosa Anda?” Rasulullah SAW. menjawab, “Apa tidak boleh aku menjadi hamba yang senantiasa bersyukur?”

Beliau SAW. pun mengucapkan istighfar tidak kurang dari tujuh puluh kali tiap hari. Setiapkali ada kesempatan, beliau SAW. selalu memohon maaf kepada orang-orang yang sering berinteraksi dengan beliau. 

Beliau SAW. khawatir kalau ada kesalahan yang tak disengaja. Kesalahan yang terasa ringan buat diri, tapi berat buat orang lain.

๐ŸŒŸBerlatih diri untuk menerima nasihat, dari siapapun datangnya.

Boleh jadi, sebuah pepatah memang cocok bagi diri kita: gajah di pelupuk mata tak tampak, sementara kuman di seberang lautan jelas terlihat. Kesalahan orang lain begitu jelas buat kita. Tapi, kekhilafan diri sendiri seperti tak pernah ada.

Jadi, tidak semua orang yang paham tentang teori salah dan dosa mampu mendeteksi dan mengoreksi kesalahan diri sendiri. Rasulullah SAW. pernah menyampaikan hal itu dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, “Pada harikiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, ‘Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar?’ Orang tersebut menjawab, ‘Ya, benar. Dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat munkar sedang aku sendiri melakukannya.”

Dari situlah, seseorang butuh bantuan orang lain untuk menerima nasihat. Hanya masalahnya, seberapa cerdas seseorang menyikapi masukan. Kadang, emosi yang kerdil membuat si penerima nasihat banyak menimbang. Ia tidak melihat apa isi nasihat, tapi siapa yang memberi nasihat. Dan inilah di antara indikasi seseorang terjebak dalam sifat sombong. Sebuah sifat yang selalu menolak kebenaran, dan mengecilkan keberadaan orang lain.

๐ŸŒŸPaksakan diri untuk bermuhasabah secara rutin

Sukses tidaknya hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan mengawasi diri. Seberapa banyak kebaikan yang diperbuat dan seberapa besar kesalahan yang terlakoni. Kalau hasil hitungan itu positif, syukur adalah sikap yang paling tepat. Tapi jika negatif, istighfarlah yang terus ia ucapkan. Kesalahan itu pun menjadi pelajaran, agar tidak terulang di hari esok.

Masalahnya, orang yang cenderung santai, sulit melakukan muhasabah secara jernih. Timbangannya selalu miring. Yang terlihat cuma kebaikan-kebaikan. Sementara, dosa dan kesalahan tenggelam dengan tumpukan angan-angan.

Muhasabah yang tidak jernih kerap menonjolkan amalan dari segi jumlah. Bukan mutu. Padahal, Allah SWT. tidak sekadar melihat jumlah, tapi juga mutu. Bagaimana niat amal, seberapa besar kesadaran dan pemahaman dalam amal tersebut. Dan selanjutnya, sejauhmana produktivitas yang dihasilkan dari amal.

Bahkan boleh jadi, orang justru jatuh dalam kesalahan ketika proses amalnya menzhalimi orang lain. Atau, amal yang dilakukan menciderai hak orang lain. Umar bin Khaththab pernah memarahi seorang pemudayang terus-menerus berada dalam masjid, sementara kewajibannya mencari nafkah terlalaikan.

Umar bin Khaththab pula yang pernah memberikan nasihat buat kita semua.

“Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab. Timbanglah amalan kamu sebelum ia ditimbang. Dan bersiap-siaplah menghadapi hari kiamat (hari perhitungan).”

Biasakan hati untuk tetap rindu pada lingkungan orang-orang saleh

Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya. Maka, hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping.” (HR. Ahmad)

Nasihat Rasulullah SAW ini tentu tidak mengharamkan seorang mukmin mendekati orang-orang yang tinggal di lingkungan buruk. Karena justru merekalah yang paling berhak diajak kepada kebersihan Islam. Tapi, ada saat-saat tertentu, seseorang lebih cenderung berada pada lingkungan negatif daripada yang baik. Bukan karena ingin berdakwah, tapi karena ingin mencari kebebasan. Di situlah ia tidak mendapat halangan, teguran, dan nasihat. Nafsunya bisa lepas, bebas, tanpa batas.

Ketika seseorang berbuat dosa, sebenarnya ia sedang mengalami penurunan iman. Karena dosa sebenarnya bukan pada besar kecilnya. Tapi, di hadapan siapa dosa dilakukan. Rasulullah SAW. bersabda, “Janganlah memandang kecil (dosa), tapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai.” (HR. Aththusi)


Wallahu 'alam Bishawab

Ketika Suami Sibuk Bekerja

Sebagai seorang pemimpin keluarga yang memiliki kewajiban mencari nafkah, kadang-kadang suami berhadapan dengan sederet tanggungjawab yang menuntut penyelesaian dalam waktu cepat dan berdekatan, baik di tempat kerja maupun di rumah. 

Ketika suami sibuk dengan tugas di tempat kerja, hal ini memunculkan peluang timbulnya perselisihan dengan pasangan. Pasangan merasa dinomorduakan, atau mungkin merasa diabaikan.

Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan ketika suami sibuk:

1⃣ Tanya penyebab aktivitas suami.
Dengan tahu penyebab aktivitas suami, istri dapat memposisikan diri. Berikan inspirasi serta anjuran, cukup ‘diam’ saja atau ikut menolong dengan cara teknis. Jangan terlalu banyak meminta dan berikanlah padanya semangat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya itu.

2⃣ Manfaatkan waktu luang.
Banyak kegiatan seperti membaca buku, olahraga atau melakukan sesuatu yang merupakan hobi dinilai dapat membuang rasa jenuh ketika suami sedang sibuk.

Dengan kegiatan seperti itu akan membantu Anda menghabiskan waktu luang yang efektif dan tidak bergantung.

3⃣ Buatlah ia merindukan keluarga.
Pasanglah atau kirimkan beberapa foto Anda dan anak-anak ketika sedang beraktifitas.

Buat suami merindukan keluarga dan terdorong untuk bersegera menyelesaikan pekerjaannya.

4⃣ Ambil perhatiannya.
Jika pekerjaan menuntutnya untuk tetap bekerja di penghujung minggu, antarlah ia ketika bekerja. Selama di perjalanan bicara padanya tentang hal-hal yang menarik baginya. Hindarilah untuk bergosip. 

5⃣ Tak perlu jadi instruktur.
Suami pasti lebih tahu bagian kerjanya, jadi istri tak perlu repot mengawasi serta memberi komentar. Aksi ini malah membuat suami tak nyaman.

6⃣ Cermati keperluan fisiknya.
Lantaran disibukkan dengan pekerjaan, kadang-kadang suami lupa makan serta kurang istirahat. Jadi, istri mesti sigap mengingatkan atau bila terlalu sibuk,  mungkin melayani dengan lebih ekstra.

7⃣ Tegur suami bila terlalai dalam ibadah.
Bagaimanapun bertumpuknya pekerjaan, beribadah mesti terus dikerjakan. Allahlah yang kuasa atas semua suatu hal. Dengan memprioritaskan beribadah, inshaallah ada pertolongan dalam menyelesaikan masalah.

8⃣ Sesekali temani suami.
Kadang-kadang pekerjaan kantor sangat terpaksa dibawa ke rumah. Waktu suami repot di meja kerjanya, istri luangkan untuk temani. Sesaat ngobrol ringan sambil kunyah camilan bisa jadi pelepas lelah suami.

9⃣ Tunda dahulu curhat serius.
Mungkin saja ada persoalan yang mau dibicarakan dengan suami, tetapi sebaiknya dipending dahulu hingga keadaan suami kembali normal. Beban pekerjaan cukup mengambil alih tenaga serta pikiran suami. Jadi janganlah ditambah dengan beban baru.

1⃣0⃣ Beri semangat serta doakan suami.
Senyum tulus dari seorang istri yaitu sumber semangat suami. Pekerjaan berat jadi ringan dengan support istri. Terkecuali sudah pasti do’a istri supaya suaminya di beri kesanggupan untuk merampungkan seluruhnya.

Hikmah Puasa Ramadhan

Ibadah puasa dalam Islam dimaksudkan untuk pembinaan, baik rohani maupun jasmani pemeluknya. 

Dalam ibadah puasa, setidaknya mengandung nila-nilai sebagai berikut :

1. Menumbuhkan kesadaran bahwa kita semua sama-sama hamba Allah SWT. sehingga akan timbul sifat untuk saling menghargai sesama, tidak merendahkan orang lain, dan tidak semena-mena.

2. Menanamkan kejujuran. Betapapun lapar dan haus kita tidak akan makan minum sekalipun tidak ada yang mengawasinya.

3. Menumbuhkan rasa kasih sayang dan kedermawanan. Rasa lapar dan haus seringkali menggugah kesadaran kita untuk menyayangi anak-anak yatim dan fakir miskin sekaligus berusaha menyantuni mereka.

4. Menanamkan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Betapa orang yang berpuasa selalu berusaha menahan amarah dan menghindari pertengkaran sekalipun ia dizhalimi. Semua itu dilakukan semata-mata agar puasanya tidak batal.

5. Menumbuhkan sifat pemaaf dan persahabatan. Ketidakinginan bertengkar yang dapat membatalkan puasa, menyebabkan kita memaafkan orang lain dan merentangkan tali persahabatan.

6. Mematikan sifat rakus terhadap makanan. Ingatlah kita ketika sedang tidak berpuasa, berapa banyak makanan dan minuman yang kita konsumsi dalam sehari? Sering kali kita tidak pernah merasa kenyang, dan tidak pernah merasa puas. Akibatnya kita menjadi kikir untuk berbagi makanan dengan orang lain sekalipun kadang terhadap anggota keluarga kita sendiri. Dan ketika berpuasa kita berbuka dengan semangkok kolak sudah luar biasa puasnya.

7. Menumbuhkan rasa syukur. Kalau kita berpuasa kadangkala keinginan kita untuk makan minum begitu liar. Padahal jika kita berpuasa, sekalipun menahan haus dan lapar seharian, sewaktu berbuka mendengar kumandang adzan saja kita sudah bersyukur. Kita bersyukur dapat menyelesaikan puasa pada hari itu. Dan setelah menikmati segelas minuman kita juga bersyukur karena dahaga telah teratasi.

Dari segi jasmani puasa jelas menjadikan tubuh kita sehat. Betapa tidak, pada hari-hari biasa hampir setiap saat makan minum sepuas-puasnya. Akibatnya organ percernaan kita bekerja secara terus menerus. Hal ini terjadi setiap hari dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan.

Mesin saja yang sudah didesain dengan matang kapasitasnya dan ketangguhannya, jika terus menerus dioperasikan cepat mengalami kerusakan. Akibatnya terjadilah kerusakan pada bagian-bagian tertentu. Begitu pula dengan organ pencernaan kita, jika terus menerus memproses makanan dan minuman yang kita konsumsi akan menyebabkan kerusakan (penyakit).

Beberapa ahli kedokteran pernah menyatakan, bahwa banyak penyakit menimpa manusia berasal dari perut. Faktanya memang demikian. Orang-orang yang banyak makan minum umumnya menderita berbagai macam penyakit antara lain seperti kelebihan kolesterol, kencing manis (gula), dan asam urat. 

Oleh karena itu tidak sedikit dokter yang menyarankan pasiennya berpuasa sebagai terapi penyembuhannya. Dengan demikian benarlah jika dikatakan bahwa puasa dapat menambah atau memulihkan kesehatan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa begitu luar biasa hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa. Namun mengapa perilaku mayoritas umat Islam yang senantiasa menjalankan puasa setiap tahunnya (setidaknya berpuasa wajib pada bulan Ramadhan) tidak lebih baik dari umat lainnya? Itu karena puasa yang mereka kerjakan tidak disertai dengan niat yang benar.

Semoga kita semua selalu diberikan hidayah dan taufik, serta kemudahan oleh Allah Swt dalam menjalankan puasa Ramadhan ini dengan baik. Aamiin. 

Wallahu'alam bish showab.

Urgensi Kepribadian Islami

Menjadi pribadi yang Islami merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam agama Islam. Hal ini karena Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang hanya diyakini dan dipahami tanpa diwujudkan dalam kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara keyakinan dan aplikasi, antara norma dan perbuatan , antara keimanan dan amal saleh. Oleh sebab itulah ajaran yang diyakini dalam Islam harus tercermin dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan sikap pribadi-pribadi muslim.

Di antara sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim adalah sisi amaliyahnya. Amaliyah harakiah yang merubah kehidupan seorang mukmin menjadi lebih baik. Hal ini penting sebab amaliyah adalah satu di antara tiga tuntutan iman dan Islam seseorang. Tiga tuntutan tersebut adalah : 

al-iqror bil- lisan (ikrar dengan lisan), 

at-tashdiq bil-qalb ( meyakini dengan hati), 

al-amal bil jawarih (beramal dengan seluruh anggota badan).

Jadi tidak cukup seseorang menyatakan beriman tanpa mewujudkan apa yang diyakininya dalam bentuk amal yang nyata.

“Maka katakanlah “beramallah kamu niscaya Allah dan RasulNya serta orang-orang beriman akan melihat amalanmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. at-Taubah: 105)

Umat Islam dituntut oleh Allah –subhรขnahu wa ta`รขlรข- untuk menunaikan sejumlah amal, baik yang bersifat individual maupun yang kolektif bahkan kewajiban yang sistemik.

Kewajiban individual akan lebih khusyu’ dan lebih baik pelaksanaannya jika ditunjang dengan sistem yang kondusif. Shalat, puasa , zakat dan haji misalnya akan lebih baik dan lebih khusyu’ kalau dilaksanakan di tengah suasana yang aman tenteram dan kondusif. Apalagi kewajiban yang bersifat sistemik seperti dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar, jihad dsb, mutlak memerlukan ketersediaan perangkat sistem yang memungkinkan terlaksananya amal tersebut.

Pentingnya amaliyah harakiah dalam kehidupan seorang mukmin laksana air. Semakin banyak air bergerak dan mengalir semakin jernih dan semakin sehat air tersebut. Demikian juga seorang muslim semakin banyak amal baiknya, akan semakin banyak daya untuk membersihkan dirinya, sebab amalan yang baik bisa menjadi penghapus dosa. Simaklah QS. Huud: 114

“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam, sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan yang buruk (dosa), itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (QS. Huud: 114)

Ada sedikitnya tiga alasan kenapa seorang harus beramal:

1. Kewajiban diri pribadi.

Sebagai hamba Allah tentunya harus menyadari bahwa dirinya diciptakan bukan untuk hal yang sia-sia. Baik jin dan manusia Allah ciptakan untuk tujuan yang amat mulia yaitu untuk beribadah, menghamba kepada Allah Swt. Amalan adalah bentuk refleksi dari rasa penghambaan diri kepada Dzat yang mencipta.

“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah” (QS. Adz Dzaariyaat: 56)

Di samping itu pertanggungjawaban di depan mahkamah Allah nanti bersifat individu. Setiap individu akan merasakan balasan amalan diri pribadinya.

“Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (QS. an-Najm: 39-41).

2. Kewajiban terhadap keluarga.

Keluarga adalah lapisan kedua dalam pembentukan ummat. Lapisan ini akan memiliki pengaruh yang kuat baik dan rusaknya sebuah ummat. Oleh sebab itulah seseorang dituntut untuk beramal karena terkait dengan kewajiban dia membentuk keluarga yang Islami, sebab tidak akan terbentuk masyarakat yang baik tanpa melalui pembentukan keluarga yang baik dan islami.

“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS. At-Tahrim :6)

Setiap muslim seharusnya mampu membentuk keluarga yang berkhidmat untuk Islam, seluruh anggota keluarga terlibat dalam amal islami di seluruh bidang kehidupan.

3. Kewajiban terhadap dakwah.

Beramal haraki bagi seorang muslim bukan hanya atas tuntutan kewajiban diri dan keluarganya saja, akan tetapi juga karena tuntutan dakwah. Islam tidak hanya menuntut seseorang saleh secara individu tapi juga saleh secara sosial.

“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah:71)

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Juga di dalam surat Fushshilat ayat 33:

“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

Allahu a’lam.

Persiapan Menyambut Ramadhan

Selayaknya menyambut tamu nan agung... maka begitu banyak bekal yang perlu disiapkan dan dilakukan dalam rangka menyambut  kedatangan Ramadhan, beberapa diantaranya :

✅Pertama
Berdoa kepada Allah Swt, sebagaimana yang dicontohkan oleh para ulama salafusshalih. Mereka berdoa kepada Allah Swt dengan sungguh-sungguh agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya diterima Allah Swt, karena berjumpa dengan bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah Swt..

✅Kedua
Menuntaskan puasa tahun lalu. Sudah seharusnya kita mengqadha puasa sesegera mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya.

Menunda qadha puasa dengan sengaja tanpa ada uzur syar’i  sampai masuk Ramadhan berikutnya adalah dosa, maka kewajibannya adalah tetap mengqadha, dan ditambah kewajiban membayar fidyah menurut sebagian ulama.

✅Ketiga
Persiapan keilmuan (memahami fikih puasa). 
Mu’adz bin Jabal r.a berkata: ”Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah”.

✅Keempat
Persiapan jiwa dan spiritual. Persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah Saw.

✅Kelima
Persiapan dana (finansial). Pada bulan ini setiap muslim dianjurkan memperbanyak amal shalih seperti infaq, shadaqah dan ifthar (memberi bukaan). Karena itu, sebaiknya dibuat sebuah agenda maliah (keuangan) yang mengalokasikan dana untuk shadaqah, infaq serta memberiifhtar selama bulan ini. 

Moment Ramadhan merupakan moment yang paling tepat dan utama untuk menyalurkan ibadah maliah kita. 

Ibnu Abbas r.a berkata, ”Nabi Saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan.” (H.R Bukhari dan Muslim). 

Termasuk dalam persiapan maliah adalah mempersiapkan dana agar dapat beri’tikaf dengan tanpa memikirkan beban ekonomi untuk keluarga.

✅Keenam
Persiapan fisik yaitu menjaga kesehatan. Persiapan fisik agar tetap sehat dan kuat di bulan Ramadhan sangat penting. Kesehatan merupakan modal utama dalam beribadah. Orang yang sehat dapat melakukan ibadah dengan baik. Namun sebaliknya bila seseorang sakit, maka ibadahnya seringkali terganggu. 

Rasul saw bersabda, “Pergunakanlah kesempatan yang lima sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim) 

Maka, untuk meyambut Ramadhan kita harus menjaga kesehatan dan stamina dengan cara menjaga pola makan yang sehat dan bergizi, serta istirahat yang cukup.

✅Ketujuh
Menyelenggarakan tarhib Ramadhan. Disamping persiapan secara individual, kita juga hendaknya melakukan persiapan secara kolektif, seperti melakukan tarhib Ramadhan yaitu mengumpulkan kaum muslimin di masjid atau di tempat lain untuk diberi pengarahan mengenai puasa Ramadhan, adab-adab, syarat dan rukunnya, hal-hal yang membatalkannya atau amal ibadah lainnya.

Kebahagiaan di Bulan Ramadhan

Kebahagiaan itu berupa...

1⃣ Bahagia saat menyambut hadirnya bulan Ramadhan

Sesuatu yang dinanti-nanti pasti akan memberikan kebahagiaan, sebagaimana sesuatu  yang akan memberikan kebahagiaan pasti senantiasa dinantikan kehadirannya. Seorang suami istri misalnya, yang telah lama menikah dan belum dikaruniai anak, lalu berkeinginan mempunyai anak, pasti selalu menantikan hadirnya sang buah hati, lalu setelah hadir di tengah-tengah mereka pasti keduanya merasa bahagia tiada terkira. Namun jika anak yang akan memberikan kebahagiaan itu belum hadir, maka mereka akan selalu dan terus menantinya, sambil berharap hadirnya si buah hati di tengah mereka.

Begitu pula dengan bulan Ramadhan, bulan yang selalu dinanti-nanti oleh setiap hamba kehadirannya, karena ada kebahagiaan yang terdapat di dalamnya saat hadir di tengah-tengah mereka. Dan karena di dalamnya terdapat nilai yang akan memberikan kebahagiaan dan ketenteraman maka ia akan senantiasa dinanti-nantikan sepanjang tahunnya.

2⃣ Bahagia Saat Berpuasa di Bulan Ramadhan

“Ada anak bertanya pada bapaknya;
Buat apa berlapar-lapar puasa?
Ada anak bertanya pada bapaknya??
Tadarus tarawih apalah gunanya?
Lapar mengajarmu rendah hati selalu,
Tadarus artinya memahami kitab suci,
Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi”.

Itulah penggalan lirik lagu Islami tentang Ramadhan yang dikarang dan dinyanyikan oleh group Bimbo, yang mana dari isi lirik tersebut mengajak umat Islam memahami makna dan esensi dari ibadah puasa, bahwa puasa mengajarkan seseorang untuk rendah hati selalu. Bahwa puasa merupakan kebutuhan bukan sekedar kewajiban dan taklif ilahi belaka, puasa merupakan pendidikan bukan beban belaka, puasa merupakan tuntunan menuju perbaikan diri bukan sekedar tuntutan samawi belaka.

5⃣ Bahagia saat makan sahur di bulan Ramadhan

Sahur bukanlah pengganti makan malam hari, dan bukan pula bagian dari sarapan pagi, namun sahur merupakan waktu yang penuh berkah dan maghfirah, ia merupakan waktu dan saat-saat doa diijabah oleh Allah SWT. karena itu bagi setiap muslim hendaknya mengisi waktu-waktu tersebut dengan kebaikan dan doa, shalat dan permohonan. sebagaimana ciri orang-orang yang bertaqwa adalah yang senantiasa pada saat sahur beristghfar (mohon ampun) kepada Allah SWT.

6⃣ Bahagia saat tilawah Al-Qur’an di bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Karena pada bulan inilah Al-Qur’an pertama kali diturunkan dari lauhul mahfuz ke langit dunia secara sekaligus, lalu dari langit dunia di turunkan ke bumi secara berangsur-angsur dan diterima oleh nabi Muhammad saw. Allah berfirman:

ุดَู‡ْุฑُ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุงู„َّุฐِูŠ ุฃُู†ْุฒِู„َ ูِูŠู‡ِ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ُ ู‡ُุฏًู‰ ู„ِู„ู†َّุงุณِ ูˆَุจَูŠِّู†َุงุชٍ ู…ِู†َ ุงู„ْู‡ُุฏَู‰ ูˆَุงู„ْูُุฑْู‚َุงู†ِ

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (Al-Baqarah: 185)

Bahwa Al-Qur’an merupakan sumber kemuliaan dan kekuatan bagi umat Islam. Melalui Al-Qur’anlah manusia mendapatkan kemuliaannya dan menemukan kebahagiaannya,baik di dunia maupun di akhirat. 

4⃣ Bahagia saat mengikuti shalat tarawih di bulan Ramadhan

Salah satu kebahagiaan yang tidak terkira pada bulan ramadhan adalah tersedianya peluang untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya, selain ibadah wajib yang memang Allah telah sediakan pahala berlipat ganda berupa 70 kali lipat, begitu pula amal ibadah sunnah yang pahalanya seperti melakukan amal ibadah wajib. Dan diantara sunnah yang dianjurkan untuk diamalkan pada bulan Ramadhan dan tidak ada pada bulan lainnya adalah shalat sunnah tarawih atau qiyam lain. Pada malam hari umat Islam disunnahkan untuk pergi menuju masjid, mushalla dan tempat ibadah guna menunaikan ibadah ini. Dan Rasulullah sendiri memberikan kepada umat Islam janji yang begitu besar bagi siapa yang menaunaikan ibadah ini dengan baik dan benar. Rasulullah saw bersabda:

ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ุชَุจَุงุฑَูƒَ ูˆَุชَุนَุงู„َู‰ ูَุฑَุถَ ุตِูŠَุงู…َ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุณَู†َู†ْุชُ ู„َูƒُู…ْ ู‚ِูŠَุงู…َู‡ُ ูَู…َู†ْ ุตَุงู…َู‡ُ ูˆَู‚َุงู…َู‡ُ ุฅِูŠู…َุงู†ًุง ูˆَุงุญْุชِุณَุงุจًุง ุฎَุฑَุฌَ ู…ِู†ْ ุฐُู†ُูˆุจِู‡ِ ูƒَูŠَูˆْู…ِ ูˆَู„َุฏَุชْู‡ُ ุฃُู…ُّู‡ُ

“Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan kepada kalian, dan aku mensyariatkan kepada kalian agar mendirikan qiyam pada malam harinya (dengan shalat tarawih). Maka Barangsiapa yang berpuasa dan mendirikan qiyam pada malam harinya karena iman dan mengharap ridha Allah SWT niscaya keluar segala dosa-dosanya seakan ia baru dilahirkan dari rahim ibunya”. (Nasai, Ibnu Majah dan Musnad imam Ahmad).

4⃣ Bahagia saat berbuka puasa di bulan Ramadhan

Waktu berbuka adalah saat yang penuh bahagia, waktu yang selalu dinanti-nanti oleh orang yang sedang menjalankan ibadah puasa, terutama pada detik-detik menjelang berbuka, menjelang beduk berbunyi, rasanya sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Perasaan gembira dan bahagia memenuhi seluruh rongga, jiwa dan raga, dan ketika waktu berbuka tiba, semakin terasa kegembiraan dan kebahagiaan yang meliputi setiap jiwa. Perasaan itu pula yang digambarkan oleh Rasulullah saw bahwa orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan, seperti sabdanya:

ู„ِู„ุตَّุงุฆِู…ِ ูَุฑْุญَุชَุงู†ِ ูŠَูْุฑَุญُู‡ُู…َุง ุฅِุฐَุง ุฃَูْุทَุฑَ ูَุฑِุญَ ูˆَุฅِุฐَุง ู„َู‚ِูŠَ ุฑَุจَّู‡ُ ูَุฑِุญَ ุจِุตَูˆْู…ِู‡ِ

“Orang yang berpuasa itu akan mendapat dua kegembiraan. Yang pertama gembira ketika berbuka, dan yang kedua gembira ketika berjumpa dengan Tuhannya di kemudian hari nanti.” (Bukhari dan Muslim).

7⃣ Bahagia Saat Mengikuti Ta’lim di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan memang berbeda dengan bulan lainnya, di dalamnya begitu banyak aktivitas dan kegiatan, dan sudah menjadi lumrah pada umat Islam di seluruh dunia, bahwa semarak menghidupkan bulan Ramadhan begitu besar dan antusiasme di tubuh umat Islam begitu besar; selain dari shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an; juga banyak diadakan kajian dan ta’lim; bahkan seakan ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya di berbagai tempat dan kalangan semarak menghidupkan bulan Ramadhan dengan ta’lim sangat besar, di masjid, di mushalla, di perkantoran, di tengah lingkungan masyarakat, di perkumpulan organisasi, LSM, persatuan dan lain-lainnya dan bahkan merambah hingga ke media elektronik dan cetak, dan waktu mengadakan ta’limnya pun berbeda-beda, ada ta’lim ba’da subuh (dengan beragam materi dan kajian seperti yang banyak diadakan di berbagai masjid dan mushalla), ada ta’lim waktu Dhuha, waktu menjelang Zhuhur, ba’da Zhuhur, ba’da ashar, menjelang ifthar (berbuka), ta’lim bada isya (sebelum shalat tarawih), atau setelah tarawih dan bahkan ada juga yang mengadakan ta’lim menjelang istirahat malam. Seakan umat Islam sepakat bahwa waktu-waktu dalam bulan Ramadhan begitu berharga sehingga sayang untuk dilewatkan dan berinisiatif untuk mengisinya dengan ta’lim dalam rangka memperluas wawasan dan mengisi akal dengan ilmu yang bermanfaat.

Lengkap sudah kenikmatan dan kebahagiaan yang diraih oleh setiap muslim pada bulan Ramadhan, ruhaniyahnya terisi dengan puasa dan tilawah, sementara fikriyahnya juga terisi dengan ilmu dan pengetahuan.

8⃣ Bahagia Saat Bekerja Mencari Nafkah di Bulan Ramadhan

Hari-hari pada bulan Ramadhan adalah rentang waktu berlipat pahala yang tidak ada batasnya. Jam demi jamnya adalah rangkuman kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya. Menit demi menit adalah hembusan angin surga yang menyejukkan. Detik demi detiknya adalah kesempatan yang tidak ternilai dalam bentangan umur manusia.

Banyak di antara umat Islam yang tetap memiliki rutinitas mencari nafkah, belajar dan bekerja pada bulan Ramadhan. Bahkan tidak jarang di antara mereka memiliki semangat kerja yang membara pada bulan Ramadhan.

Memang pada hakikatnya bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat kewajiban puasa, bukan berarti membuat umat Islam menjadi lemah dan lesu dalam bekerja, bahkan bermalas-malasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Namun sejatinya, pada saat bulan Ramadhan tiba umat Islam diarahkan untuk meningkatkan amal ibadah dan taqarrub kepada Allah, dan mencari nafkah juga bagian dari ibadah serta sarana bertaqarrub kepada Allah.

9⃣ Bahagia Saat Bersedekah di Bulan Ramadhan

Allah SWT berfirman:

ู…َู†ْ ุฐَุง ุงู„َّุฐِูŠ ูŠُู‚ْุฑِุถُ ุงู„ู„َّู‡َ ู‚َุฑْุถًุง ุญَุณَู†ًุง ูَูŠُุถَุงุนِูَู‡ُ ู„َู‡ُ ุฃَุถْุนَุงูًุง ูƒَุซِูŠุฑَุฉً ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ูŠَู‚ْุจِุถُ ูˆَูŠَุจْุณُุทُ ูˆَุฅِู„َูŠْู‡ِ ุชُุฑْุฌَุนُูˆู†َ

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Al lah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah:245)

Rasulullah Saw. bersabda:

“Dari Anas berkata: Nabi saw ditanya puasa apakah yang paling utama setelah Ramadhan? beliau bersabda: Puasa Sya’ban untuk mengagungkan bulan Ramadhan. dikatakan: Sedekah apakah yang paling utama? beliau bersabda: sedekah pada bulan Ramadhan” (Tirmidzi).

Hadits ini menunjukkan keutamaan sedekah di bulan Ramadhan. Sedangkan yang dimaksud dengan sedekah pada hadits di atas bisa beragam; sedekah dalam artian zakat yang merupakan kewajiban setiap muslim yang memiliki harta berlebih dan telah mencapai haul serta nishabnya; atau juga sedekah yang berarti infak dalam bentuk harta namun sifatnya sunnah; dan dapat juga diartikan dengan sedekah sunnah namun bentuknya lebih umum, tidak hanya bersifat materi namun juga perkataan, perbuatan, gerak, dan lain sebagainya. Dan termasuk di dalamnya adalah memberi makan (ifthar) atau sahur kepada orang yang berpuasa. Seperti yang termaktub dalam hadits, bahwa Nabi saw bersabda:

ู…َู†ْ ูَุทَّุฑَ ุตَุงุฆِู…ًุง ูƒَุงู†َ ู„َู‡ُ ู…ِุซْู„ُ ุฃَุฌْุฑِู‡ِ ุบَูŠْุฑَ ุฃَู†َّู‡ُ ู„َุง ูŠَู†ْู‚ُุตُ ู…ِู†ْ ุฃَุฌْุฑِ ุงู„ุตَّุงุฆِู…ِ ุดَูŠْุฆًุง

“Barang siapa memberi buka puasa pada orang yang berpuasa maka baginya semisal pahala mereka tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka.” (At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Darimi).

Demikianlah sekelumit kebahagiaan-kebahagiaan yang akan dirasakan di bulan Ramadhan..dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.
Setiap detik di Bulan Ramadhan adalah kebahagiaan bagi hamba-Nya yang bertaqwa.
Semoga kita semua selalu menjadi hamba yang berbahagia dan bersyukur dalam segala keadaan.

1⃣0⃣ Bahagia memasuki dan saat melewati sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan

Nabi saw bersabda:

ุชَุญَุฑَّูˆْุง ู„َูŠْู„َุฉَ ุงู„ْู‚َุฏْุฑِ ูِูŠ ุงู„ْุนَุดْุฑِ ุงู„ْุฃَูˆَุงุฎِุฑِ ู…ِู†ْ ุฑَู…َุถَุงู†َ

“Gapailah lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan” (Bukhari)

Dari Aisyah ra berkata:

ูƒَุงู†َ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฅِุฐَุง ุฏَุฎَู„َ ุงู„ْุนَุดْุฑُ ุดَุฏَّ ู…ِุฆْุฒَุฑَู‡ُ ูˆَุฃَุญْูŠَุง ู„َูŠْู„َู‡ُ ูˆَุฃَูŠْู‚َุธَ ุฃَู‡ْู„َู‡ُ

“Adalah Rasulullah saw apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. “ (Bukhari dan Muslim).

Saat sepuluh malam terakhir merupakan malam-macam puncak Ramadhan, pada malam-malam dan hari-hari tersebut merupakan waktu yang tiada terbilang limpahan rahmat dan karunia yang disediakan oleh Allah SWT. Oleh karena itulah Rasulullah saw tidak mau ketinggalan memanfaatkan malam-malamnya dengan mengencangkan ikat pinggangnya dengan menjauhi istri-istrinya untuk mengisinya dengan ibadah.

Bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat yang indah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, saat-saat indah untuk beribadah dan memohon ampun kepadanya, meraih berkah dan pahala, serta memohon agar dimasukkan ke dalam golongan hamba yang terbebas dari api neraka, sebagaimana pada malam-malam ini merupakan saat-saat yang paling bahagia untuk meraih rahmat, ampunan dan itqun minannar. Saat-saat bahagia untuk memperlihatkan jati diri kita dihadapan Allah sebagai hamba-Nya yang patuh dan tunduk dalam segala sisi kehidupan. Saat-saat bahagia menunjukkan kebaikan yang kita miliki dihadapan sang Maha Pencipta dan Maha Kasih. Saat-saat bahagia menjadikan diri sangat dekat dengan Allah dan butuh akan ampunan-Nya dan kasih sayang-Nya.

Bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dirindukan dan dinanti-nantikan orang-orang beriman  karena kemuliaan dan keagungan yang terdapat di dalamnya. Salah satunya adalah Lailatul Qadar.

Kalau boleh dikatakan kebahagiaan kita sejak awal mengikuti ibadah dan amaliyah bulan Ramadhan belumlah lengkap jika tidak berada pada malam-malam sepuluh hari terakhir ini. Inilah hari-hari yang menjadi ujian bagi umat yang merindukan kebahagiaan hakiki.

Wallahu A'lam Bishawab

Hadits Keutamaan Puasa Ramadhan

Berikut hadits yang menjelaskan mengenai keutamaan puasa ramadhan:

ุนู† ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ ุฑุถ ูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ، ุนู†ูŠ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„ : [ู…ู† ุตุงู… ุฑู…ุถุงู† ุฅูŠู…ุงู†ุง ูˆุงุญุชุณุงุจุง ، ุบูุฑ ู„ู‡ ู…ุง ุชู‚ุฏู… ู…ู† ุฐู†ุจู‡]
๐Ÿ”น ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡

๐Ÿ”– “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu" (Muttafaqun 'alaih).

ุนู† ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„ : [ุตูˆู…ูˆุง ู„ุฑุคูŠุชู‡ ، ูˆุฃูุทุฑูˆุง ู„ุฑุคูŠุชู‡ ، ูุฅู† ุบุจูŠ ุนู„ูŠูƒู… ، ูุฃูƒู…ู„ูˆุง ุนุฏุฉ ุดุนุจุงู† ุซู„ุงุซูŠู†[
๐Ÿ”น ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ

๐Ÿ”– "Berpuasalah karena kalian meliat Hilal dan berbukalah ketika kalian melihatnya apabila terhalangi (mendung) atas kalian maka sempurnakan bilangan sya'ban 30 hari" (HR. Bukhari).

ุนู† ุณู‡ู„ ุจู† ุณุนุฏ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„ : [ุฅู† ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ุจุงุจุง ูŠู‚ุงู„ ู„ู‡ ุงู„ุฑูŠุงู† ูŠุฏุฎู„ ู…ู†ู‡ ุงู„ุตุงุฆู…ูˆู† ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ู„ุง ูŠุฏุฎู„ ู…ู†ู‡ ุฃุญุฏ ุบูŠุฑู‡ู… ูŠู‚ุงู„ : ุฃูŠู† ุงู„ุตุงุฆู…ูˆู† ؟ ููŠู‚ูˆู…ูˆู† ู„ุง ูŠุฏุฎู„ ู…ู†ู‡ ุฃุญุฏ ุบูŠุฑู‡ู… ، ูุฅุฐุง ุฏุฎู„ูˆุง ุฃุบู„ู‚ ูู„ู… ูŠุฏุฎู„ ู…ู†ู‡ ุฃุญุฏ]
๐Ÿ”นู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡

๐Ÿ”– "Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang dinamakan dengan Ar Royyan akan masuk disana orang orang yang berpuasa nanti di hari kiamat dan tidak akan masuk selain mereka, dikatakan: dimana orang yang berpuasa? Kemudian mereka masuk dan tidak masuk selain mereka, apabila mereka telah masuk maka ditutup dan tidak ada yang masuk selain mereka" (Muttafaqun 'alaih).

ุนู† ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„ : ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… : ู‚ุงู„ ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆุฌู„ : [ูƒู„ ุนู…ู„ ุงุจู† ุขุฏู… ู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ุตูŠุงู… ูุฅู†ู‡ ู„ูŠ ูˆุฃู†ุง ุฃุฌุฒูŠ ุจู‡]
๐Ÿ”นู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡

๐Ÿ”– "Allah berfirman: Setiap amalan bani Adam itu miliknya kecuali puasa maka itu bagiku dan aku sendiri yang akan membalasnya" (Muttafaqun 'alaih).

ุนู† ุญูุตุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ู‚ุงู„ุช : ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… :[ู„ุง ุตูŠุงู… ู„ู…ู† ู„ู… ูŠูุฑุถู‡ ู…ู† ุงู„ู„ูŠู„[
๐Ÿ”นุฑูˆุงู‡ ุงุจู† ู…ุงุฌู‡ ูˆุตุญุญู‡ ุงู„ุฃู„ุจุงู†ูŠ

๐Ÿ”– "Tidak ada puasa bagi orang yang tidak meniatkannya dari malam hari" (HR. Ibnu Majah).

ุนู† ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุฃู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„ :[. . . . ูˆู…ู† ูƒุงู† ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุตูŠุงู… ุฏุนูŠ ู…ู† ุจุงุจ ุงู„ุฑูŠุงู†] 
๐Ÿ”นู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡

๐Ÿ”– "Barang siapa dari orang yang berpuasa maka akan dipanggil dari pintu Ar Royyan" (Muttafaqun 'alaih).

ุนู† ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„ :
ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… : [ูˆุงู„ุตูŠุงู… ุฌُู†ّุฉ]
๐Ÿ”นู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡

๐Ÿ”– "Dan puasa itu adalah perisai" (Muttafaqun 'alaih).


ุนู† ุฒูŠุฏ ุจู† ุซุงุจุช ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„ :
ุชุณุญุฑู†ุง ู…ุน ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุซู… ู‚ุงู… ุฅู„ู‰ ุงู„ุตู„ุงุฉ ، ู‚ู„ุช :[ูƒู… ูƒุงู† ุจูŠู† ุงู„ุฃุฐุงู† ูˆุงู„ุณุญูˆุฑ ู‚ุงู„ ู‚ุฏุฑ ุฎู…ุณูŠู† ุขูŠุฉ]
๐Ÿ”น ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ

๐Ÿ”– "Kami sahur bersama Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam kemudian beliau bangkit untuk sholat, akudan berkata berapa jarak antara adzan dan sahur? Sekadar bacaan 50 ayat" (HR. Bukhari).

ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… : [ุชุณุญุฑูˆุง ูุฅู† ููŠ ุงู„ุณุญูˆุฑ ุจุฑูƒุฉ]
๐Ÿ”นู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡

๐Ÿ”– "Bersahurlah kalian karena pada sahur itu barokah" (Muttafaqun 'alaih).